Minggu, 09 Juni 2013

Era "Tumbuh Kembali" (1966)


Tumbuh Kembali




Lukisan aslinya berwarna. Lukisan tersebut sekarang
berada di tangan seorang kolektor.


SUATU saat rezim yang berkuasa tidak menyukai kebebasan ekspresi sekelompok seniman –tidak suka aliran yang ketika itu disebut kegila-gilaan. Setelah September 1965, yakni pada saat jatuhnya rezim tersebut, suasana pembaruan kembali terpancarDi Surabaya, suasana seperti itu ditandai dengan era "Tumbuh Kembali" yang tercetus pada Senin Kliwon, 28 April 1966.
Pada hari itu, berkumpul sejumlah seniman Surabaya, di kediaman pelukis Wiwiek Hidayat di Jl. Raya Ketabang 31 (sekarang Jl. JA Soeprapto). Mereka sepakat menandai hari tersebut sebagai tonggak lepasnya belenggu pembatasan ekspresi dalam berkarya. Era yang kemudian disebut sebagai “Tumbuh Kembali”.
Untuk menandainya, mereka melukis wajah masing-masing di sebuah kanvas besar. Gagasan Wiwiek Hidayat ini melibatkan para pelukis Surabaya, di antaranya (searah jarum jam) Darjono, Theedja Suminar, Wiwiek Hidayat (1), Boedi SR, Amang Rahman, Karyono YS, M. Ruslan, O.H. Supono, Wiwiek Hidayat (2), Rudi Isbandi, dan Khrisna Mustadjab.
Di atas wajah siluet Wiwiek Hidayat (2) ia terakan semangat yang tercetus pada hari itu, "Kami yang tak pernah kenal arti kalah dan menang, tugas dan juang kami cuma satu, ibadah buat Tuhan, negara dan manusia".










PRASASTI "Tumbuh Kembali" dalam bentuk torehan tanda tangan dari sejumlah seniman yang datang dalam pendeklarasian, di atas kanvas berukuran 50x70 cm. Mereka adalah Wiwiek Hidayat, Khrisna Mustadjab, O.H. Supono, Nurdin B.S., Amang Rahman, Boedi S.R., Daryono, Rudy Isbandi, Theedja Suminar, Soenarjo, Sin, dan lainnya. Sejak saat itu berkelompoklah 17 pelukis Jawa Timur yang menginginkan tumbuh sewajarnya. (*)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar